Sulutimes.com – YOGJAKARTA, Tarian Maengket yang adalah salah satu tarian asal provinsi sulawesi utara (sulut) pada sabtu, (22/10/2016) di pertunjukan dalam acara tahunan budaya bertajuk “Selendang Sutra” yang bertemakan “Karena Kita Indonesia” oleh Himpunan Pemuda Mahasiswa Kawanua Yogyakarta.‎ ‎ Bertempat di Zero Point Malioboro Yogyakarta tepatnya di lapangan Monumen Serangan Umum Sebelas Maret, tarian Maengket yang ‎dibawakan anak-anak muda ini membuat ribuan turis lokal dan mancanegara yang hadir itu terpukau.
Tepukan tangan yang heboh sehingga mampu menggemparkan Yogjakarta usai penampilan anak – anak muda asal sulut ini‎ menandakan bahwa tarian Maengket begitu disambut baik oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Baca juga : (Lombok Minta PEMPROV SULUT Perhatikan Mahasiswa)
Ditampilkannya Tarian Maengkat ini, oleh karena memenuhi undangan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pemerintah kota (pemkot) Yogjakarta. ‎
‎”Anak-anak muda Sulawesi Utara ini secara rutin diundang oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Yogyakarta, yang sebelumnya pada tahun 2014 mereka membawakan Tarian Kabasaran, pada 2015 Tarian Katrili, dan pada 2016 ini membawakan Tarian Maengket.” Ujar Daryl Sampouw‎ selaku pelatih tambor dan koreografer Natasha Palar, yang juga adalah sang Kapel dalam pertunjukan tarian ini, didampingi Ketua Himpunan Pemuda Mahasiswa Kawanua Yogyakarta Sisy Mashanafi.
Untuk mempersiapkan pertunjukan tarian Maengket ini sendiri membutuhkan waktu sebulan
“Kami mempersiapkan pertunjukan ini selama satu bulan dengan waktu latihan efektif selama tiga minggu dengan memanfaatkan teman-teman mahasiswa dari Kota Manado yang sementara menempuh kuliah di Institut Seni Yogyakarta, Universitas Katolik Atmajaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, serta kru backstage mahasiswa Manado dari Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.” ungkap ketiganya
Lanjut mereka juga, “segala persiapan dilakukan secara swadaya tanpa bantuan dari pihak Pemerintah seperti penyediaan kostum yang hanya dipinjam dari salah satu sanggar tari di Manado dengan cara dikirim pakai uang sendiri, serta riasan para penari hanya dengan peralatan make-up serta merias diri sendiri dengan pengetahuan rias yang terbatas.” (V)