Syarat Mengikuti Yesus

0
9804

Renungan : Matius 16:21-28

Oleh: Dr Theodorus Pangalila SFils MPd

Negara kita Indonesia dalam waktu dekat akan menghadapi momen penting dalam perjalanan demokrasi. Pada tanggal 17 April 2019 akan dilangsung secara serentak pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta pemilihan anggota legislatif (DPR) dari tingkat kota/kabupaten, provinsi dan pusat bahkan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) secara langsung.

Ada bermacam-macam harapan dari masyarakat terhadap para calon yang kelak nanti terpilih untuk memimpin bangsa ini. Inti dari semua harapan masyarakat adalah hidup yang sejahtera dan bahagia sebagai warga negara Indonesia. Salah memilih berarti harapan menjadi kosong dan tanpa arti.

Dalam Injil Matius 16:21-28, dikisahkan tentang pemakluman Yesus soal penderitaan yang akan Ia alami: menderita, wafat dan bangkit pada hari ketiga. Pewartaan Yesus akan pendiritaan yang akan Ia alami ini memunculkan reaksi dari salah satu muridNya, yakni Petrus: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”. Reaksi Petrus terhadap pemakluman Yesus tentang penderitaan yang akan Ia alami didasarkan pada kesalahan pemahamannya tentang pribadi Yesus. Tidak mengherankan jika Yesus langsung menegur Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Dalam pemahaman para murid Yesus, termasuk Petrus bahwa Yesus adalah seorang Mesias yang telah dijanjikan oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Dengan pemahaman mereka yang keliru tentang Yesus sebagai Mesias tentu ada bayangan dalam diri mereka bahwa ketika suatu saat kelak Yesus menjadi raja, maka secara otomatis mereka akan memperoleh jabatan dalam kerajaan yang dipimpin oleh Yesus. Dalam benak Petrus dan bahkan para murid Yesus pada waktu itu adalah hidup yang bahagia dan tanpa penderitaan.

Dalam bacaan Injil Matius 16:24, Yesus justru mamaklumkan hal yang jauh berbeda dari harapan para muridNya. Yesus menekankan syarat penting dan mutlak untuk mengikuti Dia, yakni: menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Dia.

Menyangkal diri. Saat ini gereja sudah memasuki masa liturgi prapaskah, suatu masa persiapan sebelum kita merayakan paskah Kristus. Masa prapaskah adalah momen menyangkal diri melalui puasa dan pantang. Menyangkal diri artinya berusaha untuk melepaskan diri dari sikap egoisme, konsumerisme, pesta pora serta segala kesenangan duniawi. Menjadi murid Yesus berarti kita berani untuk mempertaruhkan seluruh jiwa raga kita bahkan harta kita dan mempersembahkan seluruh kehidupan kita hanya untuk Yesus. Tuhan Yesus berkata: ”Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26). Artinya ketika kita menyangkal diri, kita rela untuk melepaskan keterikatan diri kita dari kesenangan-kesenangan duniawi sesaat dan memilih hal yang menyenangkan Tuhan. Penyangkalan diri terwujud secara nyata dalam komitmen kita untuk menomor satukan Tuhan dalam kehidupan kita setiap hari. Dalam momen menjelang pemilihan umum ini, menyangkal diri bisa kita kongkritkan dengan menolak money politic. Memilih pemimpin bukan karena janji manis dan uang. Memilih pemimpin yang benar-benar punya integritas dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat. Menyangkal diri untuk tidak menyebarkan berita bohong atau hoaks.

Memikul salib. Salib dalam pengertian alkitabiah bukan sekedar kayu yang dipikul Yesus dalam menapaki jalan sengsara (via dolorosa), tetapi salib juga merupkaan pralambang kehidupan yang berat dan penuh penderitaan yang harus dipikul oleh mereka yang menyebut diri murid atau pengikut Yesus (1 Ptr. 2:21), dalam pengertian yang lain salib juga merupakan simbol kematian (Kis. 10:39), kehinaan (Ibr. 12:2), cemoohan (Mat. 27:39), penolakan (1 Ptr. 2:4). Memikul salib berarti kita menapaki jalan penderitaan, kehinaan dan kematian bersama Yesus. Menjadi pengikut Yesus harus rela menderita, dicemooh, ditolak bahkan mati. Ganjaran bagi mereka yang menyebut pengikut Kristus adalah hidup bahagia bersama Bapa di surga. “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya Matius.” (Mat. 16:27). Kemuliaan yang diperoleh oleh mereka yang mencapai garis akhir dalam memikul salib Yesus adalah, yaitu hidup kekal (25, 27-28).

Mengikuti Dia. Syarat ketiga untuk mengikuti  Yesus adalah mengikuti Dia. Syarat yang ketiga ini harus melewati dua syarat pertama dan kedua. Orang yang bisa mengikuti Yesus hanyalah mereka yang mampu menyangkal diri dan memikul salib.

Pertanyaan bagi kita saat ini adalah: Masih maukah kita menyebut diri pengikut Yesus? Sudahkah kita memenuhi tiga persyarakat yang diajukan oleh Yesus? Maukah kita menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus? Mari kita berusaha bersama-sama! Amin.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini