Efesus 4:1-16
Pdt Ginna P Boediman MTh
Pendeta Jemaat GMIM Imanuel Maumbi
DARI dalam penjara, Paulus menulis sebuah surat yang memesona untuk jemaat di Efesus, berisi pemahaman teologis tentang tujuan Allah di dalam Yesus Kristus bagi gereja-Nya.
Di Efesus pemberitaan Injil berlangsung dengan baik meski di tengah beragam hambatan dan tantangan. Ada pertumbuhan dalam jemaat, namun seperti jemaat lain yang menjadi alamat surat Paulus, terdapat juga perbedaan-perbedaan yang berpotensi memicu konflik dan perpecahan. Tulisan Paulus kepada jemaat di Efesus ini menantang kesalehan individualisme, sebaliknya jemaat diminta menggunakan setiap karunia untuk membangun hidup benar dan damai dengan orang lain demi kesatuan jemaat.
Sangatlah keliru jika orang berkata, “tidak perlu adanya gereja. Kita hanya membutuhkan Yesus Kristus Tuhan yang menyelamatkan”. Paulus justru menunjukkan tujuan Allah di dalam Kristus bagi dunia yang dikerjakan-Nya melalui gereja sebagai tubuh Kristus. Setiap anggota tubuh Kristus terpanggil untuk membangun jembatan yang menghubungkan dan bukan menyebar ranjau yang menghancurkan (band. Ef 2:14). Tidak hanya bagi jemaat di Efesus, surat Paulus ini juga menantang gereja di masa kini untuk menemukan cara-cara yang baik dalam membangun persekutuan sehingga gereja menjadi tempat orang-orang beribadah bersama dan bersama-sama mengabarkan kabar baik bagi dunia.
Pada pasal 4:1-16, Paulus menasihati jemaat di Efesus supaya mengerti panggilan dan tujuan hidup mereka sebagai orang-orang yang telah diselamatkan. Mereka tidak boleh menyia-nyiakan waktu hidup dengan perkara-perkara yang tidak membangun persekutuan, melainkan memiliki sikap hidup yang berpadanan dengan panggilan itu yakni membangun kehidupan yang damai serta memuliakan Tuhan. Tanggung jawab yang sama juga menjadi tugas kita, sebagai gereja Tuhan di masa kini.
Beberapa tindakan konkret disebutkan Paulus sebagai nasihat bagi kita sebagai orang percaya, yaitu :
Rendah hati, lembut dan sabar. Paulus paham betul perbedaan dapat memicu pertentangan, sebab itu semua orang percaya harus bersikap rendah hati, lemah lembut dan sabar. Kerendahan hati, kelembutan dan kesabaran dapat membuka jalan menyelesaikan konflik, mengampuni kesalahan serta mengusahakan perdamaian. Sebaliknya, tinggi hati, kasar dan tidak sabar justru membawa perpecahan serta menimbulkan banyak masalah baru. Kerendahan hati, lemah lembut dan sabar, sesungguhnya menjadi indikator yang menunjukkan seseorang telah mencapai pertumbuhan rohani yang baik di dalam Kristus.
Dewasa ini manusia semakin individualistis, hedonis serta matrealistis. Orang bersikap egois dan kasih menjadi dingin. Dalam situasi ini, dunia membutuhkan umat Tuhan yang rendah hati, lembut dan sabar, untuk menunjukkan cara hidup yang benar serta turut mengatasi berbagai persoalan. Gereja membutuhkan anggotanya yang rendah hati, lembut dan sabar, untuk membangun kesatuan hidup sebagai umat Tuhan.
Pelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera. Paulus menyebut, satu tubuh, satu Roh, satu Tuhan. Satu Allah dan Bapa dari semua. Artinya, kita bersumber dari Tuhan yang sama, sekalipun dicipta dengan beragam perbedaan. Oleh karena semua berasal dari satu Tuhan yang sama, maka penting sekali bagi orang percaya untuk memelihara kesatuan hidup dalam damai sejahtera. Memang kepada masing-masing orang dikaruniakan karunia berbeda menurut ukuran pemberian Kristus, namun hal ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan persaingan melainkan untuk saling melengkapi dan membangun dalam kebersamaan. Orang percaya harus hidup dalam relasi baik dengan orang lain. Paulus menasihati, “sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.” (Roma 12:18).
Karunia berbeda untuk membangun tubuh Kristus. Paulus mengurai dengan begitu rinci berbedanya panggilan dan tanggung jawab yang diberi Tuhan. Ada yang dipanggil sebagai rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, dan pengajar. Dalam semua panggilan ini, ada tugas yang sama yakni memperlengkapi orang-orang kudus untuk pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus (4 : 12). Panggilan sebagai rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, pengajar, tidak semata-mata menunjuk pada jabatan struktural atau jenis pekerjaan, tetapi juga menunjuk pada diri setiap orang percaya yang pada dasarnya dipanggil untuk memberitakan Injil. Artinya, semua orang percaya dipanggil untuk mengusahakan hidup sejahtera bersama.
Tentang perbedaan karunia dalam jemaat, Paulus menggunakan analogi berbedanya setiap anggota pada tubuh (lih.1 Korintus 12). Memang ada yang tampak istimewa, namun tidak berarti ada yang tidak penting. Semua anggota penting bagi tubuh, sebab semuanya memiliki fungsi masing-masing untuk menopang tubuh dalam menjalankan aktivitas. Demikian setiap orang percaya sebagai anggota pada tubuh Kristus. Memang ada yang kuat dan ada yang lemah, namun semuanya diciptakan untuk saling melengkapi dan tidak terpecah.
Apa tujuan semua panggilan itu? Paulus menuliskan dengan jelas, untuk mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (4 : 13). Mencapai tujuan ini sangatlah penting, sebab orang percaya berhadapan dengan rupa-rupa pengajaran yang dapat saja menyesatkan. Ada pekerjaan Iblis yang terus saja ingin menjatuhkan orang percaya dalam dosa. Paulus mengingatkan agar kita berpegang teguh dalam iman sehingga dapat mengalami pertumbuhan rohani di dalam Yesus Kristus. Hanya dengan cara demikian, kita dapat membangun kehidupan yang benar dalam kasih.(*)