Bahasa Manado: Badiri butul, nda stenga-stenga
2 Tesalonika 2 :13 – 17
Pdt. Teofilus Songgigilan
Pendeta GMIBM
SIAPAPUN manusia jika berdiri tidak benar pasti terasa tidak nyaman bahkan terasa sangat menyiksa. Karena itu sikap yang utuh, kokoh serta benar dalam berdiri akan membuat kita tidak saja merasa nyaman tetapi kuat dan tidak mudah goyah. Dalam hal ini kita belum tahu pasti apanya yang berdiri, karena itu mari kita ikuti sampai selesai.
Surat 2 tesalonika ini adalah surat yang berisi nasehat rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang di tulis tidak berapa lama setelah surat Tesalonika yang pertama, karena itu situasi dan kondisi yang dialami oleh jemaat dalam surat Tesalonika yang ke-2 ini tidak berbeda jauh dengan apa yang dialami oleh jemaat dalam surat Tesalonika yang pertama. Rupanya surat yang kedua ini di tulis hanya beberapa bulan saja setelah surat yang pertama Ketika Paulus masih berada di Korintus bersama Silas dan Timotius(2 Tes.1:1 band. Kis.18:5).
Sangat mungkin bahwa setelah menerima surat Tesalonika yang pertama dan kemudian mencermati perkembangan beberapa waktu setelah itu, Paulus terdorong untuk merespon perkembangan jemaat dan menulis surat Tesalonika yang kedua ini. Memahami situasi dan kondisi yang dialami oleh jemaat dalam surat Tesalonika yang ke dua ini, berikut beberapa catatan yang perlu kita pahami yaitu:
1. Dari beberapa informasi, kita mendapati bahwa Kota tesalonika adalah ibu kota makedonia yang terletak sekitar 160 KM di sebelah Barat Daya dari kota Filipi. Kota ini adalah ibu kota dan dan kota Pelabuhan yang terkemuka di Makedonia bagian dari provinsi kekaisaran Romawi. Jemaat Tesalonika adalah jemaat yang merupakan buah penginjilan Paulus sebagaimana dalam Kiisah Para Rasul 17:1-9.
2. Sepertinya jemaat Tesalonika adalah jemaat yang terdiri dari kebanyakan berlatarbelakang Yahudi, sebab berapa kali Paulus menyebut mereka sebagai orang yang dipilih Allah(1 Tes.1:4, 2 Tes.2:13). Sebab kita tahu bahwa konsep pemilihan Allah itu sangat familiar dalam pemahaman orang Yahudi sebagai Bangsa yang dipilih Allah untuk karya selamatNya bagi manusia dan dunia ini sejak bapa mereka yaitu Abraham(Kej.18:19). Dan memang ketika rasul Paulus tiba di Tesalonika sudah terlebih dahulu ada rumah ibadah orang Yahudi (Kis.17:1). Sebagian jemaat Tesalonika juga adalah orang-orang Yunani yang takut akan Allah termasuk Perempuan-perempuan terkemuka dikota itu(Kis.17:4).
3. Jemaat Tesalonika dalam surat Paulus yang kedua ini kemungkinan besar masih sama dengan kondisi jemaat Ketika surat Tesalonika yang pertama ditulis yaitu berada dalam pergumulan penganiayaan dan penindasan yang berat dan hebat(1 Tes,1:6 dan 2 Tes. 1:4-7). Penderitaan dan penindasan yang mereka alami sepertinya dilakukan oleh orang-orang yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mau menerima dan menaati Injil Kristus(2 Tes,1:8) Namun dalam iman kepada Kristus, Paulus memuji mereka dengan mengatakan bahwa mereka makin bertambah dalam iman dan kehidupan dalam kasih seorang akan yang lain makin kuat(1 Tes.1:3). Paulus memuji mereka akan ketabahan dan iman mereka dalam segala penganiayaan dan penindasan(1 Tes.1:4), dan Paulus bersyukur kepada Allah atas iman mereka(2 Tes 2:13).
4. Dalam hal pengajaran iman, sepertinya jemaat berhadapan dengan pengajaran menyimpang mengenai hari kedatangan Tuhan yaitu seolah-olah hari Tuhan sudah tiba(2Tes2:2). Dan juga dengan sengaja mengatasnamakan ilham roh yang mungkin disampaikan dalam bahasa roh, bahwa ada orang yang mengajarkan tentang kedatangan hari Tuhan itu yang seolah-olah sudah tiba karena mungkin akibat dari penindasan yang begitu hebat yang dialami oleh orang Kristen di Tesalonika(1 Tes,1:6 dan 2 Tes.1:4-7). Karena itu Paulus menasehatkan supaya jemaat kuat dan tabah dalam iman dan tidak lekas bingung dan gelisa serta tidak boleh menerima begitu saja pengajaran itu atau memberi diri disesatkan oleh siapapun(2.Tes2:3)
5. Oleh karena adanya pengajaran yang menyimpang dari Injil Kristus sebagaimana yang diberitakan rasul Paulus menyebabkan kehidupan jemaat mulai tidak tertib dalam menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari. Paulus berkata dalam 2 Tesalonika 3: 11 “Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.” Karena itu, kalau dalam surat Tesalonika yang pertama Paulus berkata-kata seperti seorang ibu yang penuh kelembutan yang merawat anak-anak kecil(1 Tes.2:7), dalam surat yang kedua ini rasul Paulus seperti seorang bapak yang menguatkan dan mendorong anak-anaknya supaya berdiri kokoh dalam iman berdasarkan Injil Kristus(2Tes.2:15), dan mendisiplinkan anak-anak yang kurang tertib hidupnya dan tidak mau bekerja(2 Tes.3:11). Sebab itu Paulus terkenal dengan nada kerasnya berkata bahwa: “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”(2 Tes.3:10).
Secara khusus dalam 2 Tesalonika 2:13-17, Paulus bersyukur kepada Tuhan Allah sekaligus hendak mengingatkan akan karya Allah yang telah memilih mereka menjadi percaya dan diselamatkan serta dikuduskan melalui karya Roh Kudus. Paulus juga mememuji jemaat Tesalonika yang telah menerima dan mempercayai kebenaran Injil Yesus Kristus sebagaimana yang telah diajarkannya kepada mereka(ay,13). Karena itulah alasan mengapa Allah memanggil mereka melalui Injil sebagaimana yang diberitakan Paulus, sehingga hanya dengan jalan itu(Tidak ada jalan lain), mereka akan memperoleh kemuliaan dalam Tuhan Yesus Kristus(ay.14). Oleh karena mereka telah dipilih dan diselamatkan serta dikuduskan melalui karya Roh Kudus, maka dalam keadaan buruk sekalipun yaitu karena penganiaan dan penindasan yang berat dan hebat, dan sekalipun berhadapan dengan penyesatan yang dasyat yang dikatakan berdasarkan ilham roh dan seolah-olah berasal dari Paulus, namun pada kenyataannya membelokkan pengajaran Paulus(pasal 2:3). Paulus menasehatkan supaya mereka berdiri teguh/kokoh dalam iman dan berpegang pada kebenaran berdasarkan Injil Kristus sebagaimana yang sudah diajarkannya baik lisan maupun tulisan(ay.15). Ada perdebatan yang sangat serius mengenai maksud Paulus dengan mengatakan “Berpeganglah pada ajaran-ajaran(Bah.Yunani: tas paradoseis/tradisi) yang kamu terima dari kami”, apakah tradisi-tradisi dapat menjadi sumber kebenaran pengajaran ataukah pengajaran Injil atau Sola Skriptura yang menjadi satu-satunya sumber kebenaran sebagaimana yang diakui dalam gereja-gereja Protestan. Namun sejauh ini pemahaman yang benar dan memadai bahwa yang dimaksudkan Paulus adalah pengajaran berdasarkan kebanaran Injil sebagaimana yang telah diajarkan sebelumnya kepada jemaat di Tesalonika oleh Paulus dan kawan sekerjanya. Selanjutnya Paulus hendak menghibur dan meneguhkan iman jemaat dengan pengharapan bahwa Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus dalam kasih karuniaNya mengasihi setiap orang percaya dan menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan yang baik dan pasti(Ay.16-17).
Berkenaan dengan pergumulan dan tantangan jemaat di Tesalonika, gereja sekarang ini berhadapan dengan berbagai tantangan dan pergumulan di tengah dunia yang terus berubah dan mengalami perkembangan dengan begitu cepat. Karena itu beberapa pemikiran modern menyebutkan bahwa: sesuatu yang tidak berubah dalam dunia ini adalah adanya perubahan itu sendiri. Di tengah dunia yang terus berubah dan mengalami perkembangan dengan begitu cepat itu, gereja berhadapan dengan tantangan dan pergumulan yang datang baik dari dalam maupun dari luar dirnya. Dari dalam gereja, adanya fenomena yaitu munculnya berbagai pemikiran penafsiran terhadab Alkitab telah mengakibatkan adanya berbagai ajaran-ajaran teologis yang berbeda dan tidak jarang menyesatkan bahkan sangat menyesatkan seperti perbedaan pandangan terhadap ajaran Allah Tri Tunggal, ajaran tentang kelilahian Yesus, tentang Baptisan yang menyelamatkan, pengajaran tentang makanan, cara beribadah, bagaimana memberi persembahan yang benar, termasuk tentang kedatangan Hari Tuhan dan masih banyak lagi. Hal ini memungkinkan munculnya ajaran-ajaran sesat dan menyimpang yang membuat gereja sangat sulit berjalan bersama dan menjadi satu dalam Kristus senabagimana yang diharapkan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam Yoh. 17:21, dan terus dalam pengharapan yang sama(2Tes,2:16-7). Tantangan dari luar gereja menunjuk pada adanya serangan-serangan dari kaum yang belum percaya dan menerima Injil serta belum menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat; yaitu mengenai keabsahan Alkitab sebagai Firman Allah atau bukan, Alkitab adalah Injil yang asli atau bukan, ajaran tentang Allah Tri Tunggal, tentang keilahian Yesus, apakah Yesus benar mati di salib atau tidak, apakah Yesus adalah Isa Almasih atau bukan, apakah Paulus adalah benar-benar rasul atau bukan, apakah Paulus yang mendirikan agama Kristen dan masih banyak lagi. Belum lagi berbicara mengenai serangan kaum modern dengan dasar pemikiran yang mengagungkan rasio, dimana prinsip-prinsip ilmiah menjadi satu-satunya dasar kebenaran. Begitu juga dengan kaum Posmodern yang sepertinya mengumandangkan ketidakmutlakkan serta hilangnya kebenaran Tunggal atau tidak mungkin lagi ada kebenaran Tunggal/hanya satu titik pusat di alam ini. Masing-masing pribadi atau kelompok dengan entitas dan konteksnya masing-masing memiliki hakekat dengan kebenarannya sendiri(A primer on Postmodernism; Stanley J. Grenz,1996). Tantangan-tantangan ini bisa saja membuat gereja masa kini kehilangan jati diri jika tidak kuat imannya dan tidak kuat berpegang teguh pada kebenaran Injil berdasarkan kesaksian Alkitab sebagaimana yang sudah di ajarkan.
Hal lain yang tidak kalah menarik adalah adanya kecenderungan untuk membuat gereja yang modern sehingga gereja lebih mengupayakan sebuah system organisasi melalui tata gereja yang kuat dan modern berdasarkan prinsip-prinsip oeganisasi modern namum meninggalkan bahkan tanpa memperdulikan prinsip-prinsip organisasi yang Alkitabiah. Gereja modern lebih mengedepankan system dengan tata gerejanya yang kuat daripada mengedepankan kebenaran Firman yang Injili. DR.Th Van Den End dalam symposium gereja-gereja Calvinis tahun 2000 mengatakan bahwa inilah kekafiran dalam gereja, yaitu ketika gereja memutlakkan system sebagai jalan keselamatan dari pada menyembah Allah yang sejati berdasarkan keberanan Firman Allah yang Injili.
Oleh karena itu, dari berbagai tantangan dan pergumulan yang dihadapi gereja masa kini, pendirian yang teguh, iman yang kokoh terhadap kebenaran Injil Kristus dan tidak setengah-setengah hati serta tidak ragu-ragu adalah jalan satu-satunya untuk bertahan di tengah terpaan perkembangan dunia dengan segala kecenderungan yang melawan kebenaran Injil Kristus sebagai buah dari upaya tipu muslihat Iblis dengan segala kuasa kegelapannya yang menyesatkan menjelang kedatangan Tuhan Yesus Kristus di akhir zaman ini yang semakin mendekat. “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada kebenaran Injil Kristus.” Orang Menado berkata: “kalu mo ba diri, badiri butul-butul rupa firman Tuhan bilang. Jangan stenga-stenga hati…!”(Kalau berdiri, berdirilah dengan teguh dan benar sebagaimana Firman Tuhan. Jangan setengah-setengah hati atau ragu-ragu…!) Jadi dalam hal iman Kristen, jika kita tidak berdiri kokoh dalam iman yang benar, tidak memiliki iman yang teguh dan kokoh, ragu-ragu, hanya setengah hati berpegang pada pengajaran Injil yang benar berdasarkan Firman Allah sebagaimana kesaksian Alkitab, maka kita mudah rapuh ketika berhadapan dengan tantangan dan pergumulan hidup termasuk munculnya berbagai serangan terhadap iman Kristen serta adanya penyesatan yang semakin hebat di zaman akhir ini.
Tuhan Yesus memberkati….!