Mazmur 25:1-22
Gbl. Ceri Lendo, S.Th
Ketua PMS KGPM Sidang Anugerah Malalayang
HIDUP akan selalu menyodorkan dua sisi, yakni; gelap dan terang, hitam dan putih, naik dan turun, tawa serta tangis.
Di setiap musim kehidupan itu, kita dituntut untuk siap menghadapi dan memaknainya. Saat melewati masa gelap sekalipun dan posisi kita menjadi teramat sulit maka menyerah bukanlah pilihan. Hari ini kita belajar dari Daud tentang bagaimana menghadapi masa gelap bahkan suramnya hidup dan apa saja langkah yang harus diambil untuk mengatasinya.
Siapa yang tidak mengenal profil Daud? Seorang yang dipilih menjadi raja ke- 2 atas Israel dan pilihan Allah dijatuhkan padanya karena Allah melihat ketulusan hatinya. Bersama Daud, Israel mengalami masa jaya dimana mereka sukses meraih kemenangan demi kemenangan, mengalahkan banyak musuh termasuk berhasil menaklukkan Filistin dengan kekuatan maha dasyat seorang Goliat. Sudah pasti hal itu bukanlah perkara mudah bagi Daud. Dan ternyata saat menghadapi banyak musuh, ketika harus melewati masa-masa sulit itu, Daud memilih datang menghampiri Tuhan dan menaikkan doa dihadapanNya.
Melalui bacaan Mazmur 25: 1- 22, pertama-tama kita menemukan seorang Daud yang mengangkat jiwanya kepada Allah untuk berdoa sambil menyerahkan diri sepenuhnya dan menaruh pengharapan kepada Allah yang ia percaya sanggup membelanya. Daud belajar bertumbuh dalam keyakinan bahwa ketika ia mempercayakan diri sepenuhnya dalam pimpinan dan pembelaan Tuhan, maka ia tidak akan dipermalukan oleh para musuh. Dengan sangat jelas dan terbuka Daud mengungkapkan dalam doa hasrat dirinya hendak berlindung dalam naungan Tuhan sekaligus bertekat untuk berjalan di jalan Tuhan. Betapa Daud menyadari ketika ia mempercayakan hidupnya diatur oleh Tuhan maka ada harga yang harus ia bayar, yakni Daud harus hidup dalam kebenaran Allah.
Pada bagian selanjutnya dari teks ini memberitahukan kepada kita bahwa Daud yang mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan adalah juga Daud yang tiba pada titik kesadaran tentang ke-alpaan dirinya. Segenap dosa-dosanya yang dapat saja menghambat untuk berjumpa dengan kasih setia Tuhan. Oleh karena itu ia datang dengan sebuah pengakuan jujur tentang ke-alpaan dirinya sebab ia sangat tahu bahwa kasih setia dan pertolongan Tuhan akan dialamatkan kepada mereka yang berpegang pada perjanjianNya dan peringatan-peringatanNya (lihat ayat 10). Betapa Daud menaruh harap agar Tuhan akan memberlakukan kasih setiaNya dan tidak mengingat segala dosa-dosa yang telah Daud lakukan.
Oleh sebab itu saat Daud menaikkan doa kepada Allah, ia bertekad untuk membereskan hidupnya. Daud tidak sekadar meminta belas kasih dan pengampunan dari Tuhan, tetapi iapun dalam upaya untuk terus berjuang hidup berkenan dihadapan Allah. Daud sungguh tahu bahwa hanya dengan hidup takut akan Tuhan, kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi (ayat 12, 13).
Bila kita berada dalam lembah pergumulan dan mengalami berbagai bentuk kesesakan maka bertekunlah dalam doa. Saat kita berdoa, naikkanlah permohonan atas dasar iman yang teguh; kita tidak saja percaya melainkan belajar mempercayakan seluruh jalan hidup kita dituntun dan dikendalikan olehNya. Tapi juga ingatlah seperti kata firman, “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allah-mu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu sehingga ia tidak mendengar, ialah segala dosamu (Yesaya 59: 2).
Maka dari Daud kita belajar betapa pentingnya pengakuan jujur dan terbuka tentang kealpaan diri serta kegagalan melakukan perintahNya. Mintalah Tuhan mengampuni kita agar rahmat dan kasih Tuhan berlaku atas kita. Sambil membaharui komitmen hidup benar dihadapanNya, dengan menghormati Tuhan, takut akan Dia dan berjuang untuk hidup dalam ketulusan dan kejujuran. Maka masa suram, saat gelap, pada akhirnya akan memperjumkan kita dengan kasih setia dan pertolongan Tuhan yang tanpa batas dan tidak pernah terlambat….Amin.(*)