Kasih KaruniaNya jauh lebih besar, Bertobatlah!

0
150
Kasih KaruniaNya jauh lebih besar, Bertobatlah!

Yakobus 4:1-10
Pdt Jouke Ollivia Bambulu, S.Th, M.Pd
Pendeta Jemaat GMIM Imanuel Wanea

DARI mana orang lain bisa melihat kualitas imanmu? Dari tindakan, tutur kata, sikap, perilaku yang ditunjukkan dalam realitas hidup tiap – tiap hari. Jika saudara mengatakan, saya beriman, saya percaya pada Tuhan Yesus tetapi yang ditunjukkan jauh dari pengakuan itu, apakah perkataan itu bisa dipercaya? Tentu tidak. Sehingga buktinya harus ada, actionnya harus ditunjukkan. Menurut Yakobus, orang yang beriman berarti bertindak.

Yakobus pasal 4 ini, hendak mengarahkan orang – orang percaya sebagai alamat surat ini yaitu kedua belas suku di perantauan untuk menjaga hawa nafsu dan tidak “bersahabat” dengan dunia. Dimulai di ayat 1 dengan pertanyaan “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu?” Dari kalimat ini, sepertinya Yakobus mendapati, ada pertengkaran, ada sengketa, ada konflik yang terjadi. Tidak bisa dibiarkan, tidak bisa dianggap remeh. Karena pertengkaran dan sengketa dapat merusak persekutuan. Harus dicari inti persoalannya, harus ditemukan jalan keluarnya, jangan dibiarkan, supaya tidak menggerogoti kedamaian dan sukacita yang telah tercipta. Yakobus menyambung dengan pernyataan “bukankah datangnya dari hawa nafsu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?”. Hawa nafsu yang saling berjuang dapat diartikan sebagai konflik batin, antara mengikuti keinginan daging atau menuruti keinginan roh, antara mengikuti kehendak Tuhan atau mengikuti kemauan diri. Seandainya kita diberi pilihan apakah mengorbankan ketaatan untuk mendapatkan keuntungan besar atau mempertahankan kesetiaan tetapi keuntungan itu tidak kita peroleh. Mana yang hendak kita pilih? Pilihan sulit bukan?? Sulit bagi yang tidak mau taat dan setia.

Ayat 2 lebih menyentuh soal memperjuangkan keinginan. Semua orang punya keinginan dan ada banyak cara yang dipergunakan untuk memenangkan perjuangan itu. Yakobus dengan kalimat tegas mengatakan realita ini “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa – apa, karena kamu tidak berdoa”. Realita yang tak bisa disangkal, untuk memenuhi keinginannya, ada orang yang rela menghalalkan segala cara, dari cara yang wajar maupun tidak wajar. Ketika apa yang dia inginkan tidak dia peroleh, dia bisa kehilangan jati diri, menjadi anarkis, bahkan rela “membunuh” harga diri orang lain, “membunuh” semangat orang lain, “membunuh” mata pencaharian orang lain, “membunuh” hak berkarya orang lain. Iri hati, tujuan yang diharapkan tidak tercapai dapat menyebabkan orang menjadi sangat emosional, sulit menahan diri, akhirnya bertengkar dan berkelahi. Kalimat terakhir di ayat ini menyingkap penyebabnya yaitu tidak berdoa. Menginginkan sesuatu tercapai tanpa dibarengi doa, ibarat berjalan tanpa panduan, tidak akan tiba di tujuan yang tepat. Sekeras apapun kita berjuang, setekun apapun kita berusaha, tanpa doa, semua sia –sia. Iblis dapat memakai berbagai cara untuk membuat kita salah berpikir dan bertindak, kita terpengaruh untuk berbuat hal yang salah. Jangan pernah mengabaikan doa. Tetapi doa yang bagaimana?? Ayat 3 jelas mengatakan “atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa – apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”. Jika kita sudah berdoa dan sepertinya belum menerima jawaban dari apa yang selama ini kita doakan, mungkin ada yang salah dengan doamu. Perhatikan cara kita berdoa, kalimat – kalimat apa yang sebenarnya kita ungkapkan? Permohonan seperti apa yang kita ungkapkan? Apakah semua kalimat permohonan itu bermuara pada kehendak Tuhan atau malah yang kita perjuangkan adalah kehendak sendiri. Dalam doa kita memang meminta tetapi yang utama “jadilah kehendakMu” bukan kehendak kita. Jangan sampai, kita berdoa memaksa Tuhan memenangkan keinginan kita.

Orang – orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus harus berusaha untuk tidak terpengaruh, supaya tidak mengorbankan kesetiaan. Rupanya penerima surat ini, dalam pengamatan Yakobus tak mampu lagi setia. Sehingga dengan berani, Yakobus menyapa di ayat 4 “hai orang – orang – orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia, ia menjadikan dirinya musuh Allah”. Mendengar tentang ketidaksetiaan mereka, Yakobus langsung mengultimatum dengan pilihan ini : bersahabat dengan dunia dan bermusuhan dengan Allah atau bersahabat dengan Allah dan bermusuhan dengan dunia. Orang yang benar – benar percaya, harus mampu memilih pilihan ini : bersahabat dengan Allah dan bermusuhan dengan dunia yang berarti berjuang menuruti kehendak Allah, berjuang melakukan kehendak Allah, mengalahkan keinginan dunia yang sangat menggiurkan. Mengapa kita harus berjuang melakukan kehendakNya, hidup sesuai dengan yang Tuhan inginkan?? Karena di ayat 5 dikatakan “Janganlah kamu menyangka bahwa kitab suci tanpa alasan berkata : Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diinginiNya dengan cemburu”. Kalau diri kita sebagai bait roh kudus yang diciptakan Allah malah dipenuhi dengan keinginan mengikuti tawaran dunia dari pada keinginan melakukan kehendakNya, bukankah Allah menjadi cemburu? Kalau diri kita lebih tertuju untuk melakukan hal – hal yang tidak sesuai dengan perintahNya dari pada mengikuti apa yang Dia mau, tentu saja Allah akan cemburu.

Setelah teguran kerasnya ini, Yakobus berbicara tentang “kasih karunia”. Ayat 6 “tetapi kasih karunia yang dianugerahkanNya kepada kita, lebih besar dari pada itu. karena itu ia katakan : Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”. Walaupun kadangkala kita menjauh dari Tuhan, tergoda untuk melakukan perbuatan dosa, tetap ingatlah akan hal ini “but He gives us more grace” tetapi Ia memberikan kasih karunia yang besar. Bukankah kasih karunia diberi bagi orang yang tidak layak? Meskipun kita pernah jauh dariNya, kembalilah kepadaNya dengan rendah hati, mengapa rendah hati? Hanya orang yang redah hati yang dapat menerima kasih karuniaNya, jangan congkak, jangan sombong, jangan angkuh, jangan tinggi hati, jangan gengsi, akuilah bahwa saya pernah keliru, saya pernah salah dan saya ingin kembali hidup dalam Tuhan, ingin menikmati kasih karunia yang besar.

Ayat 7 – 10 sepertinya hendak menguraikan, apa hal konkrit, nyata yang harus kita lakukan? Pertama, tunduklah pada Allah, lawanlah iblis. Tunduk pada Allah, berarti semua totalitas hidup kita bertujuan untuk melakukan kehendakNya, bila ada godaan iblis, lawan dengan iman, jangan diam, jangan membiarkan diri terseret, jangan terpengaruh, maka iblis akan lari. Kedua, Mendekatlah pada Allah, maka Ia akan mendekat padamu. Datanglah kepadaNya dalam doa, firman, pujian, penyembahan. Bagaimana kita punya kekuatan untuk melawan iblis jika kita menjauh dari persekutuan, jarang beribadah, jarang berdoa, tidak mau memuji Tuhan, ibadah hanya dijadikan rutinitas?. Ketiga, tahirkanlah tanganmu. Bersihkanlah tangan dari tindakan yang mencelakakan seperti mencuri uang, mencuri barang, menyakiti secara fisik, melukai dengan benda tajam, menyalahgunakan jari dengan mengetik ujaran kebencian di media social. Keempat, sucikanlah hatimu. Walau ada pepatah yang mengatakan “dalamnya hati siapa yang tau” tetapi Tuhan yang mengetahui isi hati. Kita bisa bersilat lidah, menata wajah semanis mungkin dihadapan sesama walau apa yang ada di dalam hati berbeda dengan itu. Tetapi di hadapan Tuhan kita tidak dapat bersembunyi, Tuhan tau isi hatimu. Bila isinya dendam, iri hati, pikiran negative, segera sucikan dan ganti isi hatimu dengan kasih, sukacita dan damai sejahtera. Kelima, sadarilah kemalanganmu, ganti tertawa dengan ratap, sukacita dengan dukacita. Apa artinya? Hendak mengajak kita untuk menyadari kesalahan, menyadari kemalangan kita, merataplah, mohonkanlah pengampunan dan pengasihan Tuhan, datanglah sungguh – sungguh mengaku kelalaian kita, mintalah pengasihanNya. Sebagaimana ayat terakhir “rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan”. Bila kita telah lalai, salah, keliru, melangkah jauh dariNya, Dia memanggil kita untuk dengan rendah hati datang, memohon pengasihan, agar kita dipulihkan, diampuni dan berjanjilah hidup sesuai kehendakNya. Amin.(*)

div class="td-all-devices">

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini