MALANG – Kota Malang, Jawa Timur, mempunya titik wisata baru, yakni Kampung Warna-warni. Tempat ini pun diserbu wisatawan yang ingin berfoto dengan latar belakang rumah yang dicat warna-warni.
Kampung Juanda, Jodipan, Kota Malang, adalah kampung di bantaran sungai. Letaknya di bawah jembatan rel kereta api dan pasar loak yang kumuh. Namun, itu sebulan lalu. Kini, kampung tersebut menjadi perbincangan dan salah satu tujuan wisatawan yang mengunjungi Kota Malang.
Setiap hari, kampung ini dikunjungi ratusan wisatawan dari berbagai daerah di Tanah Air. Kebanyakan dari mereka hanya ingin ber-selfie ria.
Terciptanya Kampung Warna-warni adalah ide seorang mahasiswi semester akhir sebuah PTS di Malang, Nabila, yang sedang menyusun tugas akhir. Dia ingin mengubah pola hidup warga menjadi sadar kebersihan. Ide itu hingga mendapatkan dukungan berbagai pihak dan warga. Maka, berubahlah kampung kumuh menjadi kampung indah tujuan wisata.
Kini, 200 lebih rumah warga berubah warna-warni ceria. Kampung ini menjadi nge-hits, bahkan wisatawan tidak hanya menyebutnya sebagai kampung warna-warni, namun Rio de Janeiro-nya Indonesia. Rio de Janeiro adalah sebuah negara bagian di Brasil bagian tenggara.
Di antara wisatawan yang berkunjung ke Kampung Warna-warni adalah Dea, Ani, dan Dianti. Mereka berasal dari Jakarta. Mereka mengaku tahu keberadaan Kampung Warna-warni ini dari Instagram dan media sosial lainnya. Mereka pun terlihat antusias untuk ber-selfie ria.
M Hidayatullah, seorang wisatawan lainnya pun tertarik dengan pemandangan Kampung Warna-warni. “Lagi foto-foto, rumahnya berwarna-warni. Sebelumnya tidak menarik,” ujarnya.
Antusiasme wisatawan mendatangi Kampung Warna-warni membawa dampak ekonomi bagi warga setempat. Dagangan warga setempat laris. Lahan parkir dadakan pun menjadi pemasukan baru bagi warga.
Kini, perilaku masyarakat yang kurang sadar kebersihan lingkungan telah berubah. Mereka merawat kampung yang mulai menjadi ikon baru wisata di Kota Malang ini.
Sampai hari ini, proses pewarnaan rumah di Kampung Warna-warni ini belum selesai. Setiap hari, warga, mahasiswa, komunitas, ibu-ibu, dan anak-anak masih terus melakukan pewarnaan. Mereka menggambar hiasan aneka warna di berbagai sudut kampung. (sumber :Â http://www.sindonews.com/)