KONSEP KHOTBAH MINGGU SENGSARA III 15 MARET 2020
YOHANES 7:1-13
TEMA: “PANGGUNG YESUS BUKAN PANGGUNG SELEBRITAS”
Panggung. Bila anda berada di panggung, yang anda lakukan, katakan dan pesankan dari panggung akan mempengaruhi orang-orang di bawah panggung. Apa yang mereka dengar dan lihat dari anda di panggung akan membentuk pikiran mereka dan mengarahkan tindakan mereka. Maka betapa pentingnya panggung. Tempat itu sangat strategis. Sangat strategis untuk membentuk opini dan prilaku. Sangat strategis untuk membentuk culture. Itulah fungsi panggung. Tetapi panggung bisa seperti pisau. Sebuah pisau di tangan orang yang positif konstruktif dipakai untuk mengolah bahan makanan menjadi makanan yang menyehatkan. Namun di tangan orang yang negatif destruktif pisau yang sama bisa dipakai untuk melukai bahkan membunuh. Demikian juga dengan panggung. Bagi orang yang positif dan konstruktif sebuah panggung akan dipakai untuk membentuk kultur keadaban, dan bagi orang yang negatif destruktif panggung yang sama akan dipakai untuk menebar kebiadaban. Inilah nilai strategis dari panggung.
Panggung. Bukankah banyak orang ingin berada di panggung. Mengapa? Akh… Kita jangan berpikir negatif dulu. Memang di panggung semua orang melihat anda. Anda jadi pusat perhatian – Ada godaan popularitas di panggung. Memang, untuk berada di panggung, seorang penyanyi harus bisa menyanyi dengan baik, para pemusik harus ahli, karena ada bayarannya- ada godaan materi di panggung. Dengan berada di panggung seseorang akan makin dikenal – Ada godaan kekuasaan di panggung.
Memang ada banyak godaan yang mengintip di panggung. Godaan popularitas, godaan keuntungan materi, godaan kekuasaan, godaan jabatan dan lain-lain. Tapi sekali lagi jangan berpikir negative dulu. Mereka yang mau tampil di panggung politik sebagai calon pemimpin provinsi dan kabupaten bukanlah karena tergoda dengan godaan-godaan itu. Suami, istri, anak, sekerabat keluarga sekalipun bila menaiki panggung politik pencalonan pilkada, bukan berarti karena tergiur pada godaan-godaan itu. Tepislah pikiran-pikiran negatif itu. Kalau Pendeta menaiki panggung politik, jangan pikir karena tergoda pada iming-iming godaan panggung itu, terlalu naïf pikiran begitu. Mereka tampil di panggung itu karena ingin melakukan yang terbaik bagi daerah, bagi seluruh masyarakat, biar lebih maju dan lebih sejahtera. Amin?
Saudara-saudara Yesus juga ingin Yesus tampil di panggung, panggung pesta pondok daun umat Yahudi di kota Yerusalem Provinsi Yudea – Yang dimaksud saudara-saudara Yesus di sini mungkin saudara-saudara kandung-Nya yaitu adik-adik-Nya, tetapi bisa juga dengan saudara-saudara kerabat keluarga-Nya yang lain – Bila kita membaca di Ulangan 16:16, Ada tiga hari raya utama dalam tradisi Yahudi, yaitu hari raya Roti tidak beragi, hari raya Tujuh Minggu dan hari raya Pondok Daun.
Akan tetapi sepertinya keinginan mereka untuk Yesus tampil di panggung raya Pondok Daun, yaitu supaya Yesus dapat mempertunjukkan kehebatannya mengajar dan melakukan mujizat, supaya Dia menjadi semakin populer, semakin dikenal, dan dapat masuk bursa suksesi raja. Perhatikan kalimat “jika ia mau diakui di muka umum” dalam perkataan saudara-saudara Yesus di ayat 4. Di ayat 4 itu saudara-saudara Yesus mengatakan: “Sebab tidak seorang pun berbuat sesuatu di tempat terembunyi jika ia mau diakui di muka umum…” Mereka mengira Yesus ingin mencari pengakuan, popularitas, jabatan, kekuasaan dan keuntungan.
Lalu, perhatikan jawaban Yesus di ayat 6-8: “Waktu-Ku belum tiba. Tetapi bagi kamu selalu ada waktu. Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku berdaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat…” Jawaban Yesus ini mengandung beberapa pengertian: 1) Sudah nyata-nyata bahwa Yesus dibenci dan mau dibunuh para pemimpin agama Yahudi, sementara misi Yesus ialah memang untuk mati di bunuh. Namun agenda Allah untuk itu belum tiba, maka Yesus tidak pergi; 2) Ketidakpergian atau pun kepergian Yesus, adalah hanya dalam rangka agenda Allah: berkorban, menderita, dihina dan dibunuh demi menebus dosa manusia, bukan untuk mendapatkan popularitas, jabatan, kekuasaan dan keuntungan. Itu juga artinya bersedia tampil di panggung bersama Yesus, bukanlah untuk mendapatkan popularitas, jabatan, kekuasaan dan keuntungan, melainkan untuk berkorban, dihina, dianiaya dan dibunuh, bersedia untuk berkorban demi keselamatan banyak orang. Panggung Yesus bukanlah panggung bermahkota emas, melainkan panggung bermahkota duri. Amin?
Bila demikian bagaimana dengan saya dan saudara? Apakah saudara sedang berada di panggung? Atau sedang menaiki panggung? Panggung apa yang sedang saudara lakoni? Panggung pelayanan? Panggung politik? Panggung selebritas? Untuk apa saudara menaiki panggung dan berada di panggung? Ya! Pasti untuk kemaslahatan banyak orang. Ketika seseorang ada di panggung pelayanan, tentu untuk melayani dan menuntun domba-domba Allah untuk hidup lebih melekat dan lebih bertumbuh dalam Tuhan. Seseorang yang berada di panggung politik pasti untuk berjuang memajukan taraf kehidupan masyarakat. Seseorang berada di panggung selebritas pasti untuk menghibur dan membuat senang banyak orang.
Memang, ada stigma yang melekat dipanggung: Tempat mencari popularitas – juga keuntungan dan kepentingan.
Namun, orang Kristen tidak berada di panggung untuk itu. Orang Kristen berada di panggung untuk kepentingan banyak orang dan bahkan untuk itu ia akan rela berkorban.
Memang, di panggung politik, bahkan juga di panggung pelayanan, terlihat jelas banyak orang yang mencari popularitas dan keuntungan diri. Yah…bila mereka seperti itu kemungkinan besar mereka akan berhadapan dengan dua hukum: hukum pemerintah dan hukum Tuhan. Hukum dunia dan hukum akhirat. Amin?
Sesungguhnya panggung Yesus adalah panggung pengabdian, panggung keselamatan, panggung penebusan. Tampil bersama Yesus bukanlah untuk mendapatkan popularitas, jabatan, kekuasaan dan keuntungan, melainkan untuk berkorban bagi kebaikan banyak orang. Tampil bersama Yesus bukanlah untuk memperoleh mahkota emas, tetapi untuk bersedia menyandang mahkota duri.
Tidak jarang juga, gereja menjadi panggung. Menjadi panggung untuk menampilkan diri supaya terlihat suci dan religi, untuk menampilkan busana supaya terlihat keren, untuk menampilkan materi biar terlihat mentereng, untuk menampilkan wajah, bagi sebuah kehormatan. Akh…mengapa berpikiran negatif lagi? Tidak, tidak. Gereja memang panggung tapi bukan panggung seperti itu, melainkan panggung pemujaan dan panggung penyembahan bagi Allah, juga panggung kasih, panggung kepedulian, panggung kesaksian tentang kehidupan Kristus. Gereja adalah panggung kehidupan yang mempertunjukkan kehidupan damai dan moralitas Kristus. Gereja adalah panggung untuk orang-orang berdosa yang diubahkan, bukan etalase dari orang-orang suci. Gereja adalah panggung Yesus dan panggung Yesus bukanlah panggung selebrita. Amin.