SuluTimes-MINAHASA, Pasca pembentukan tim independen oleh BPMS GMIM, respon kritis tetap terlontar. Terbentuknya Tim Independen yang betujuan menangani permasalahan UKIT tak urung memantik pertanyaan tentang keseriusan BPMS yang ditugaskan secara khusus oleh Sidang Sinode di Tondano untuk menyelesaikan dualisme UKIT (versi YPTK dan YW) yang berkepanjangan hingga mencapai 10 tahun.
‘’Sejak periode kepengurusan BPMS lalu masalah ini terlihat stagnan, tak ada kemajuan, justru kemajuan terjadi dari pihak UKIT sendiri ketika terjadi penandatanganan penyatuan UKIT dari kedua rektor UKIT (YW dan YPTK-red), yang saya heran kan adalah tidak ada pernyataan sikap resmi daripihak BPMS terhadap kejadian bersejarah tersebut,’’ kata Royke Burhan, anggota jemaat GMIM Riedel Wawalintouan dan pemerhati permasalahan GMIM, Kamis (8/9).
Hal itu membuat Burhan menduga pihak BPMS tidak terlalu senang dengan proses penyatuan tersebut. “Kenapa ? sangat banyak hipotesa yang bisa dikemukakan untuk mendukung dugaan saya, waktu terus berjalan dan seperti dugaan saya, rektor UKIT versi YW kemudian secara mengagetkan dilengserkan oleh Pembina YayasanWenas yang merupakan perpanjangan tangan BPMS. Alasannya telah kita tahu bersama, mempertanyakan legalitas ijasah sang rektor. Meskipun akhirnya posisi sang rektor telah dikembalikan atas desakan mahasiswa namun kejadian tersebut memperkuat keyakinan saya bahwa benar ada sebagia noknum di BPMS yang tidak menyukai penyatuan UKIT,’’ jelas Burhan.
“Saya meragukan kinerja Tim Independen, karena Tim ini dibentuk oleh oknum BPMS untuk balik menjerat pihak UKIT YW yang pada pergolakan selanjutnya telah melengserkan petinggi-petinggi BPMS dari posisi-posisi penting di Pasca Sarjana UKIT YW,” pungkasnya. (JO)