SULUTIMES, Sulut – Hobby saya itu kerja pak. Wuih bahagia sekali saya kalau kerja. Saya pernah buat status kantorku surgaku, ehh banyak yang protes. Lah kalau di kantor kita ndak bahagia gimana kerjanya. Intinya pikiran itu harus positif. Itu saja.
Begitu sepenggal motivasi hidup yang disampaikan Pjs Gubernur Sulut Dr Drs Agus Fatoni MSi saat kongkow-kongkow bersama Jurnalis Indepeden Pemperov Sulut (JIPS) di rooftop rumah dinas gubernur sulut, Rabu (30/9/2020) didampingi Sekprov Sulut Edwin Silangan SE MS, Asisten III Bidang Administrasi Umum AG Kawatu SE MSi, Pjs Bupati Minsel Drs Meiki M Onibala MSi dan Kepala Badan Kesbangpol Daerah Provinsi Sulut Steven Evans Liow SSos MSi.
Dikesempatan yang penuh dengan canda tawa ini, putra Waykanan Lampung berbagi cerita dan pengalaman hidup serta perjalan karirnya sebagai aparatur pemerintah.
“Setelah lulus SMA, dari desa menempuh jarak cukup jauh untuk sampai ke kota Lampung, meneruskan jenjang pendidikan di APDN. Sebagai anak desa, ketika awal kuliah tidak begitu diperhitungan, kan anak desa.. Hahaha.. hasil semester I menunjukan saya yang terbaik, sori bukan menyombongkan, tapi memang kenyataan. Mulailah teman-teman intens mendekati saya. Dan ini berlangsung hingga lulus,” cerita mantan ajudan gubernur Lampung ini.
Nah.. apa definisi bahagia bagi kalian? Tanya Fatoni. Mungkin bahagia itu karena kecukupan, hidup mewah, banyak uang dan kaya harta. Bahagia itu sebenarnya soal hati, memiliki hati yang nyaman, tenteram, dan selalu bersyukur, itulah bahagia sebenarnya. Begini, kunci bahagian itu adalah murah dan sederhana.
“Kebetulan saya gak hobby di jalan. Di kamar saya itu sudah bahagia. Bahagia saya itu murah dan sederhana. Kalau jalan itu bonus. Di kamar saja bahagia, apalagi jalan jalan, wuih lebih bahagia saya. Kalau kita bahagia dengan pakaian mahal trus gak dapat ya susah itu,” terang pria kelahiran Bahuga, 6 Juni 1972 ini.
Kembali ke masalah bahagia itu murah dan sederhana, Pjs Gubernur Fatoni menyebut semuanya itu tinggal bagaimana kita memaknai dan menikmati rasa bahagia itu. Bisa jadi hanya dengan bekerja, kita mendapatkan rasa kebahagiaan. Jadi segala sesuatu juga harus dijalani dengan selalu berpikiran positif.
Ini nih intinya, hobby saya itu kerja pak. Wuih bahagia sekali saya kalau kerja. Saya pernah buat status kantorku surgaku, diprotes pak. Lah kalau di kantor kita ndak bahagia gimana kerjanya. Intinya pikiran itu harus positif. Itu saja
Sore hingga malam menjemput, dalam pertemuan yang penuh kekeluargaan sambil menikmati suguhan snack, kembali pria lulusan S3 Ilmu Pemerintahan Universitas Padjajaran (Unpad) tahun 2009 ini bertanya mana pilihan kalian, menjadi orang bernasib baik, menjadi orang baik atau menjadi orang terbaik..??
“Ya.. menjadi orang baik. Karena menjadi orang terbaik dan menjadi orang bernasib baik, kita harus menjadi orang baik dahulu. Dengan begitu hampir pasti kita akan menjadi orang terbaik dan bernasib baik,” celotehnya menanggapi seruan wartawan yang menyuarakan masing-masing pada tiga pilihan yang dilemparkan Fatoni.
“Seperti dalam menjalankan tugas, dalam tugas jika kita ingin berhasil, tentu harus fokus dan tidak buang-buang waktu untuk yang tidak penting,” tambah pria yang masih menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Kemendagri ini menyampaikan prinsipnya mengarungi pahit dan manis kehidupan.
Pria yang pernah mendapat predikat Mahasiswa Teladan IIP ini meminta untuk kita fokus dalam menjalani tugas dan tanggungjawab.
“Kalau mau sukses, jangan matikan lampu orang. Tapi, kita perbesar lampu kita. Pada saat kita mematikan lampu orang lain, habis energi kita. Tapi kalau kita fokus kerja, lampu kita besar terus, jika lampu kita besar, maka upaya orang untuk memadamkannya akan split. Dan yang terpenting juga adalah menjadi diri sendiri. Meski dalam upaya menjadi diri sendiri, kita lantas meniru orang lain, menurutnya tidak mengapa selama hal yang kita tiru itu adalah hal yang baik. Kita tiru yang baiknya saja, tapi yang buruknya jangan kita tiru,” paparnya.
Usaia pemaparanya, Fatoni memberikan kesemapatan kepada wartawan bertanya. Bermacam-macam pertanyaan wartawan dijawabnya dengan lugas.
“Saya tidak hobi jalan-jalan. Saya terkadang juga bahagia meski berada di dalam kamar saja. Standar bahagia bagi setiap orang itu berbeda-beda,” aku ayah dari tiga orang anak ini.
Dalam kerjasama dengan insan pers, sebagai mantan ajudan Gubernur Lampung, Fatoni dalam tugasnya sering berhubungan dengan wartawan.
“Saya suka berteman. Jadi sekarang ada teman-teman wartawan dulu yang sudah jadi Pimred, dan hubungan kami tetap terjalin dengan baik. Dan saya mengapresiasi persatuan dan kekompakkan wartawan di sini,” katanya.
Hubungan antara birokrat dan pers, menurutnya, harus bersinergi.
“Tugas kita seperti halnya sebuah tim, punya peran dan tugas yang berbeda tapi punya tujuan yang sama yang merujuk pada UUD di alinea keempat. Itulah perlunya sinergitas sebagai sebuah tim. Saya berharap kita bisa bersinergi. Era dulu selalu ada serang menyerang. Tapi sekarang era bersama-sama. Ke depan kalau ada sesuatu yang perlu diperbaiki silakan disampaikan. Apabila ada yang bisa kami lakukan, akan kami lakukan. Yang penting dalam hati kita tulus. Jangan ada dusta di antara kita,” aku pria yang pernah mendapat predikat Mahasiswa Teladan IIP ini.
“Ya.. kami butuh kalian. Fungsi kontrol yang dimiliki oleh masyarakat yaitu pers, agar Pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan harapan dari masyarakatnya. Saya berharap kita bisa sinergi kita bisa bekerjasama dengan baik, bersama-sama bukan berarti membiarkan sesuatu yang salah, namun sebaliknya marilah kita saling melakukan koreksi,” serunya dengan ungkapan bernada santai tapi serius.
Diakhir kesempatan, Fatoni mengaui bahwa sulut daerah paling toleransi di indonesia. “Saya nyaman berada di Manado, toleransi masyarakat yang tinggi, saya bersyukur dan terima kasih, saya bangga menjadi bagian masyarakat Sulawesi Utara. Sulut paling toleransi,” tuturnya sembari megungkapkan dalam menjalankan tugas sebagai Pjs Gubernur, dirinya merencanakan untuk meninjau kabupaten dan kota di Sulut.
“Tapi yang prioritas adalah daerah yang akan menyelenggarakan Pilkada. Harus kita pastikan setiap tahapan Pilkada berjalan dengan aman dan terutama aman dari Covid-19,” kunci pria yang pernah meraih birokrat Terbaik dalam Diklat Kepemimpinan II Tingkat Nasional ini.
Jakas